Aku ingin menjadi sebatang lilin yang menyala, memberi terang di gelapnya malam gulita, mempersembahkan pengorbanan tiada tara, membiarkan raganya lebur demi secercah cahaya.
Aku ingin menjadi sekuntum melati, menebar wangi di sanggul sang putri, melambangkan cinta murni yang suci, membawa sepasang insan mengikat janji.
Aku ingin mejadi sebutir berlian, mineral terkeras lambang keabadian, mineral terindah tanda keagungan.
Aku ingin mencintai-Mu dengan pengorbanan lilin itu, aku ingin mencintai-Mu dengan wangi melati itu, aku ingin mencintai-Mu seabadi berlian itu, Tuhan, sanggupkah hamba-Mu ini
Cinta dan kasih 4JJI SWT tak bermasa, tak bermusim, tak terhingga, tak berjumlah, tak terbatas, terus berpendar bagai berlian, tetap memantul sinar persis rembulan.
(Anonymous)
Terinspirasi dengan puisi di atas, aku jadi ingin bicara cinta. Hampir semua orang bicara cinta, lagu-lagu mengobral cinta, film, telenovela dan sinetron mengusung tema cinta, biar buku-buku laris juga menjual cinta. Cinta membuat orang lupa diri, cinta membuat orang lupa lingkungan sekitarnya, dunia milik berdua; yang lain ngontrak, masa bodoh dengan omongan orang, dan banyak silly things lainnya. Maksudku ini bukan cinta dalam ikatan pernikahan ya…
Bodohnya aku pernah terjebak dalam lingkaran itu. Aku hanya memiliki sedikit waktu atau bahkan tak ada waktu untuk berkumpul dengan sahabat-sahabatku, aku tak mengindahkan nasehat orang-orang terdekatku, aku tiba-tiba menganggap enteng urusan kuliahku. Waktuku hanya berputar di sekelilingnya.
Ketika aku telah berada di luar lingkaran itu, dan menyaksikan orang lain yang sekarang seperti diriku dulu, aku menyadari, betapa bodohnya diriku dahulu. Betapa aku telah menyia-nyiakan waktu dan usiaku. Mungkin itu yang disebut dengan cinta semu, perasaan cinta kepada makhluk-Nya yang telah menawan hati (bisa-bisanya aku bicara cinta, sedang definisi pastinya akupun tak tahu).
Banyak orang bilang cinta sejati hanyalah kepada-Nya Sang Pemilik Jiwa ini. Dia tak pernah berhenti memberi apa yang Dia rasa patut untuk kita. Betapa malunya diri ini kala mengingat waktu berdua dengannya terasa cepat berjalan sedangkan waktu bersama-Nya justru terasa lambat berjalan, selalu berhias jika akan menjumpainya sedangkan hanya apa adanya jika menghadap-Nya, ingin berlama-lama dengannya sedangkan ingin cepat-cepat udahan jika berkhlawat dengan-Nya.
Namun dasar manusia, memang mudah mengalami degradasi iman (atau jangan-jangan aku saja?). Sadarnya hanya sekejap , lebih banyak lupanya, lupa akan tekad untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik di hadapan-Nya (karena kemanapun kita pergi di sana ada Dia melihat). Namun Dia tetap mengingatkan kealpaan kita, menunjukkan kalau Dia pun cinta pada kita. Kenapa kita tak bisa mencintai-Nya juga? Kenapa kepada makhluk-Nya kita dengan mudahnya berkata cinta itu harus take and give, sedang kepada-Nya bagaimana? Aku rasa Dia lebih banyak give kepada kita daripada apa yang Dia take cinta dari kita. Bicara memang mudah, melaksanakannya yang sulit. Yang penting harus berusaha dengan ikhlas dan istiqomah.
Sekarang yang jadi pertanyaan di kepala ini, jika cinta dalam ikatan pernikahan karena-Nya, dapat dikategorikan sebagai cinta apa? Well, tell me what’s Ur opinion and than thanks for your attention
Tidak ada komentar:
Posting Komentar